Wednesday, July 13, 2011

Jalan-jalan ke Indocina (Kamboja Bagian 1)

Perbatasan Vietnam - Kamboja

alun-alun Phnom Penh


Di Kamboja ini kami punya 2 tujuan; pertama ke Phnom Penh dan Siem Reap. Karena di Kamboja ini kami singgah di dua kota, jadi cerita bagian Kamboja kubagi 2 bagian. Kamboja bagian 1 adalah  kisah perjalanan di Phnom Penh. Kamboja bagian 2 adalah kisah perjalanan di Siem Reap.
Dari Vietnam ke Kamboja, kami naik bis, kira-kira selama 5-8 jam. Ongkos bis $ 10 USD. Lalu di perbatasan Kamboja, harus membayar visa sebesar $ 25 USD (tapi sejak 2011, pemerintah Indonesia & Kamboja menandatangi perjanjian tidak ada Visa on Arrival / VOA lagi antara Indonesia & Kamboja). Tapi kita tidak perlu pusing-pusing, orang dari agen bis bisa membantu anda, nanti mereka yang mengurus, anda tinggal mengisi form kedatangan masuk Kamboja, dan mengumpulkan paspor ke kernet bis.
Kalau di Vietnam orang-orang lebih suka dibayar dengan mata uang Dong Vietnam, waktu itu nilai kurs-nya 1 Dong = 0,5 Rupiah. Jadi kita lebih baik tukar di money changer setempat untuk mata uang Dong Vietnam. Sedangkan di Kamboja, mereka menerima Dollar Amerika / USD dan Real Kamboja. Bahkan di toko-toko setiap bandrol harga / Price Tag dipasangi dua macam harga, yang Real Kamboja atau Dollar Amerika. Demikian juga ATM, ada Real dan Dollar. Jadi kalau bawa Dollar tidak masalah.

Di Phnom Penh kami tinggal di hotel, yang berdiri di atas danau. Kamarnya lumayan untuk kamar yang murah meriah, $ 3 USD per malam per orang (kurang lebih Rp 30.000,- / malam). Murah bukan?. Tapi lingkungan sekitarnya lumayan kumuh, dan kita tidak bisa mengharapkan kopi enak sebagai pembuka hari di pagi hari :). Yang menarik dari hotel kami adalah untuk ruang santai dan restoran ada di beranda atas danau persis. Kami biasa menikmati pagi dengan kopi panas di sana, kira-kira jam 6 – 7 pagi, pemandangannya luar biasa, tidak terlihat kalau lingkungan di area itu kumuh.... J (tapi aku lupa nama areanya, maklum sudah dua tahun yang lalu dari aku mengetik pengalaman ini).

Di Phnom Penh, sulit sekali mencari tempat makan pinggir jalan yang murah dan bersih. Sepertinya warung makan di sana kotor dan kumuh. Rencana-nya sih mau jadi backpacker, tapi khusus di Phnom Penh, hari pertama kami di sana makan malam kami adalah pizza (restonya seperti Pizza Hut di Indonesia). Keesokan harinya kami jalan-jalan mau lihat istana, tapi lagi ditutup karena mau ada acara apa gitu... (aku lupa). akhirnya kami putar-putar royal palace, Whot Bothun (Rumah Polpot) ke kuil-kuil, dan jalan di sepanjang sungai. Ada minimarket kecil, yang di depannya ada tempat untuk duduk-duduk. Kami duduk di sana lumayan lama, sambil menunggu makan malam, dan menunggu pasar malam. Sekalian nunggu temen yang sedang tinggal di Kamboja. 

Beranjak malam, kami ke restoran yang katanya adalah tempat makan para wartawan, fotografer, dll. Tempat makannya sedikit ala western. Kami pesan makanan yang belum pernah kami makan, saling ganti-gantian nyoba makanan pesanan yang lainnya. Makanannya disajikan ala restoran mahal, dan harganya pun lumayan mahal kalau untuk backpacker (intinya di Phnom Penh kami jadi backpacker palsu :) ). Yang menyenangkan adalah waktu itu bulan purnama, dan kami duduk di atap restoran. Ditemani film “Greaseyang dibintangi John Travolta dan Olivia Newton John di screen dengan LCD projector, seperti layar tancep, yang merupakan salah satu ruang rekreasi di restoran itu.
Bagi orang yang menikmati liquor import, terutama di Asia Tenggara, di Kamboja adalah surganya. Harganya murah sekali. Red atau White Wine di sana sebotolnya hanya $ 7 USD, kalau di Indonesia kira-kira harganya $ 25 USD. Kalau kata teman kami sih, bilangnya karena pajak masuk barang seperti mobil mewah dan liquor termasuknya murah. Jadi, harga jualnya lebih murah.
Kalau di Vietnam, kami lebih sering jalan kaki, di Phnom Penh kami banyak naik “tuk-tuk”. Ini seperti becak/delman bermotor. Yang penting pinter nawar kalau naik tuk-tuk. Karena kalau tahu orang asing kena mahal.
Pada hari terakhir di Phnom Penh, kami jalan-jalan ke Pasar Rusia. Ternyata kalau dari hotel kami, tempatnya jauh. Di pasar ini ada banyak produk terbuat dari sutera. Di sini, kami banyak memborong scarf sutera. Setelah melalui proses tawar menawar yang sengit :), mereka akhirnya jual seharga $ 3 USD per biji. Lumayan murah, seharga +/- Rp 28.000,- (waktu itu kurs $ 1 USD = Rp 9.300,-an). Tapi kami sepakat, karena tujuan wisata ini adalah ke pasar, kami harus bisa menahan diri supaya tidak gelap mata shooping di pasar ini saja. Karena masih ada pasar lain yang belum didatangi... :). Waaahhh .... sulit banget menahan diri :).
Habis itu kami balik ke hotel, dan packing. Hari sebelumnya kami sudah pesan tiket bus di agen tour terdekat, menuju ke Siem Reap, harga tiketnya $ 4 USD per orang, berangkat jam 8 pagi. Sebetulnya ada juga tiket pesawat, tapi nanti kehilangan kesempatan untuk melihat pemandangan perjalanan darat; lagipula kami kan backpackers. Jadi kami beristirahat untuk perjalanan keesokan harinya.
Pagi harinya sebelum berangkat, kami menikmati sarapan terakhir di atas ruang santai hotel itu yang eksotis. Menikmati kopi, banh mi dan roti bakar, sambil menghabiskan beberapa batang rokok. Setelah itu jam 7 kami ke agen, oleh si agen, kami diantar naik tuk-tuk dulu ke terminal bus, sesudah itu dilanjutkan naik bis ke Siem Reap. Perjalanan ke Siem Reap itu rasanya seperti  menyusuri Jalur Pantura (Pantai Utara Jawa), lengkap dengan tontonan film komedi local, seperti film di TVRI J. Kami istirahat sebentar di rumah makan yang makanannya tidak ada yang enak, ditambah lagi bus yang kami naiki rusak agak lama. Jadi kami menunggu kurang lebih 2 – 3 jam di sana.
Catatan: makanan di Kamboja semua memakai minyak ikan / fish gravy, yang kadang membuat semua rasa menjadi aneh. Jadi selama di Phnom Penh kami lebih memilih makanan Western.  
Begitulah kisah perjalanan kami di Phnom Penh, Kamboja. Untuk kisah perjalanan Kamboja bagian 2 di Siem Reap, silakan baca di artikel berikutnya Jalan-Jalan ke Indocina (Kamboja Bagian 2).

5 comments:

  1. Pengen Ja;lan-jalan Ke Sana,. Tunggu da rejeki :)

    ReplyDelete
  2. O iya, Sekalian Follow,.. #2. Followback ya kalo main ke blog aku lagi :)

    ReplyDelete
  3. Enak juga bisa berlibur ke sana. Ongkos untuk beli barang atau travel lumayan murah J. Tinggal nungggu ja da penyatuan mata uang se Asia tenggara. Lagian skrang juga banyak penwaran tiket penrbangan murah. Tinggal nunggu ksmpatan dan takdir:D

    ReplyDelete
  4. next trip...bangkok kamboja
    share yang bagud mbak...
    http://hatyaitrip2012.blogspot.com

    ReplyDelete
  5. Can sports betting be legal in Arizona? - Sporting 100
    The state saw a few significant revenue boosts, as 토토사이트 sports betting revenue increased from $2.7 billion a year ago to $1.5 billion. The legalization of sports betting and

    ReplyDelete